Di suatu pagi yang biasa saja, tiba-tiba aku mendengar sebuah video Tikt*k yang sedang diputar tetangga sebelah.
... aku memang suka pada dirimu, namun aku punya Sai*pul ... ♫
Hah? Seketika aku termenung, bisa-bisanya liriknya jadi begitu. Terlebih lagi, nama yang dipakai seperti nama yang sedang dipelesetkan. Ya walaupun aku tahu sebenarnya itu memanglah nama asli dari orang tersebut, sebuah hadiah dari orang tua.
Bicara soal nama, aku pun adalah salah satu manusia terpilih yang menanggung beban yang cukup berat karena nama yang aku punya. Kurang lebih miriplah dengan nama di atas, bedanya namaku lebih sedikit elegan karena menggunakan huruf "F" bukan "P". Beratnya di mana? Nama ini membuatku menjadi begitu mencolok, mudah diingat, dan mudah di-bully. Dari zaman SD sampai SMP, rasanya kedua tangan ini gatal sekali ingin merobek mulut anak-anak tengil yang mulutnya bau sampah itu. Tapi untunglah aku masih tahu diri, tidak punya orang tua yang masih lengkap artinya harus menghindari segala masalah yang tidak perlu.
Menjalani hidup dengan nama yang demikian, sejujurnya aku tidak begitu percaya diri. Hingga suatu hari, seorang guru di sekolah bilang begini; "Nama kamu bagus, kalau diterjemahkan artinya: pedang kasih sayang."
Wow, anak kecil mana yang berpikir kalau namanya itu ternyata memiliki arti. Saat itu pula aku merasa sedikit terobati, dan mulai belajar cuek pada orang-orang yang entah dengan sengaja menyenggol namaku ini. Yah, mungkin memang akunya saja yang kurang beruntung memiliki nama jadul di zaman modern.
Dari segala hal yang telah kualami, setidaknya aku jadi punya kesadaran bahwa memberikan nama tidak boleh sembarangan. Nama haruslah indah, memiliki arti yang baik, tidak menyusahkan si penyandang nama dan harus sesuai zaman. Kenapa harus sesuai zaman? Ya silakan baca kembali cerita di atas.
![]() |
Love you. |
Thankyu n' dont forget to smile!
Jakarta, 31 Mei 2024
Ipunk Vizard
Posting Komentar