Dengan kekuatan cinta, kita bisa sampai ke puncak."
Waktu itu seseorang mengatakannya
padaku sebelum memulai pendakian pertamaku menuju puncak gunung Batur. Ngomong-ngomong soal Batur nih, akhir bulan November kemarin aku
melakukan pendakian yang kesekian kalinya bersama anak-anak rohis kampusku.
Yaa.. hitung-hitung cuci mata ngelirik yang indah-indah *pemandangan*.
Seperti tahun-tahun sebelumnya,
pendakian dilakukan di malam hari supaya bisa menikmati sunset ketika sampai di puncak *sunrise maksudnya*. Kami para pendaki berangkat dari kampus jam
11 malam, kemudian tiba di titik start pendakian sekitar jam 1 dini hari.
Temperatur di sana sangatlah dingin,
jadi buat yang suatu saat ingin nyoba mendaki sebaiknya siapin jaket atau baju
dobel, penutup kepala, sarung tangan, dan jangan lupa juga pakai kaos kaki. Oh
iya, untuk alas kakinya pakailah sepatu yang ujungnya nyaman buat jari *jangan
pantovel*, atau bisa juga pakai sandal gunung. Untuk jaga-jaga bawalah jas
hujan, ini juga berguna banget sebagai alas tidur dan shalat. Dan jangan lupa
penuhi tas dengan makanan dan minuman secukupnya.
Nah, karena pendakiannya dilakukan
saat masih gelap gulita, jangan sampai gak bawa senter kalau masih niat hidup.
Terlebih bebatuan di sana bentuknya gak karuan dan licin. Salah langkah bisa
jatuh ke hati yang salah *loh?*
Ok, pendakian di mulai. Berjalanlah
dengan santai, gak usah lari apalagi galau *curhat*. Untuk sampai ke puncak,
ada dua pos yang harus dilalui. Pos pertama berada di hutan, jaraknya gak
begitu jauh dari titik start. Kalau mau istirahat bisa di sini, tapi jangan
ribut karena di situ ada penghuninya juga *manusia*. Keluar dari hutan menuju
pos dua sudah tidak ada lagi pepohonan, hanya ada rumput dan bebatuan sejauh
mata memandang. Buat yang jomblo sebaiknya jangan jalan sendirian, apalagi
jalan sama orang pacaran. Berjalanlah bersama orang-orang yang menyenangkan,
biar ada teman ngobrol dan tetap di jalur yang benar.
Melewati pos dua, medan akan semakin
terjal. Temperatur semakin dingin dan ada banyak pasir yang membuat langkah
kaki semakin berat. Agar mudah melangkah di pasir, carilah bekas pijakan orang
untuk diinjak kembali. Jika lelah berhentilah, tidak perlu mengejar orang di
depan selagi kita tidak sendirian karena puncak sudah tidak jauh dari situ.
Sesekali lihatlah ke langit, karena ternyata bintang jatuh itu ada loh, kalau
beruntung bisa buat permohonan kayak di film-film.
Tepat jam lima shubuh kami sampai di
puncak. Segeralah shalat dan jangan dilema karena gak bisa tidur akibat
kedinginan. Bersabarlah menunggu matahari terbit sambil bercengkrama, atau
makanlah makanan masing-masing. Buat yang suka narsis, silakan foto-foto.
Di atas awan. |
Jika telah dirasa cukup, persiapkan
diri untuk turun. Periksalah barang bawaan, jangan sampai ketinggalan kalau gak
mau naik lagi. Perjalanan ke bawah tidak sesulit saat naik ke atas. Nikmati
saja pelan-pelan sampai akhirnya tiba di akhir pendakian dengan selamat,
kemudian silakan teriak: "Siaaal, kenapa masih jomblo?!!"
Thankyu n' dont forget to smile!
Denpasar, 10 Desember 2013
Ipunk Vizard
kok kalimat terakhirnya kayak penuh penekanan banget ya? :p
BalasHapusIya, biar ada yang nanya. Hihi :p
Hapusi only knows "The Girl With Blue Jacket "
BalasHapusCurhat Bang...
HapusTerus? :D
Hapusaku kok keliatanya kecil banget ya?
BalasHapusItu berdiri atau jongkok, Put? :D
Hapus