Setahun lalu, aku terdampar di sebuah rumah yang *entah bagaimana* semua penghuninya *kebetulan* sedang patah hati. Kami baru saja *resmi* diputuskan oleh dia *pikir sendiri*. Bayangkan saja, orang-orang yang hatinya lagi hancur malah duduk melingkar dalam satu atap. Kami pun saling bercerita tentang kegalauan masing-masing.
Yang pertama sebut saja namanya Adhit, dia adalah penyebab *utama* dari rusaknya diriku ini. Gara-gara manusia ini, dengan sangat terpaksa aku pernah berbuat dosa pada seorang cewek yang belum lama kukenal *sebut saja namanya bunga*. Ceritanya bermula ketika kami (aku dan beberapa teman lainnya) yang waktu itu sedang berkunjung ke tempat kerja si bunga. Tanpa diduga, dengan liciknya, mereka malah pergi meninggalkanku dengan alasan yang sangat tidak masuk akal, yaitu... belum mandi (orang gila mana yang pergi ke kantor orang tapi belum mandi?). Dengan sangat terpaksa, aku dan bunga jadi berduaan di ruang yang sepi. Bunga pun tiba-tiba bertanya: "Kata Adhit, kamu lagi nungguin temen di sini, ya?" *what?! temen yg mana coba??*. Tanpa sepengetahuanku, Adhit bilang begitu ke bunga. Untung saja aku masih bisa mengarang cerita.
Selanjutnya ada Mirrah, anak sultan sekaligus tuan rumah di sini. Pernah suatu kali dia ngotot banget ingin tahu tanggal lahirku. Entah apa tujuannya, tapi setelah kukasih tahu pun dia malah enggak ngucapin apa-apa di hari H *sompret*. Oh iya, dia biasanya dipanggil "Tante". Enggak tahu bagaimana awalnya, tapi kalau dilihat secara kasat mata ada iyanya juga sih. Ibuku yang sempat kepo karena melihat di salah satu foto saja sempat tanya, "Itu temenmu ibu-ibu, ya?"
Kemudian ada Tiok, teman kuliah seangkatan. Kenal pertama kali ketika ospek, kami satu kelompok, dan sering menginap di kampus demi koneksi Wi-Fi. Karena sibuknya perkuliahan, entah bagaimana, kami pun lama tidak berinteraksi. Namun, tanpa disangka-sangka kami berkumpul kembali di rumah sepi sebagai sahabat senasib. Tidak banyak yang bisa dideskripsikan dari temanku yang satu ini, orangnya sering ngajak ribut, tapi baik hati dan tidak sombong.
Lalu ada Yudis yang seangkatan dengan Adhit dan Mirrah. Dia ini tipikal orang yang paling mudah diajak berkawan. Hidupnya seperti enggak ada beban, enggak punya musuh. Kalau kami main ke rumahnya, seringkali disuguhkan pizza ala rumahan buatan ibunya. Main ke rumah Yudis pokoknya bikin nagih *hehe*.
Dan yang terakhir namanya Kunthi, anak perantauan dari Mojokerto. Orang yang baru pertama kali mendengar namanya pasti akan bertanya-tanya: "Nama kok Kunthi, sih?". Dia ini teman seangkatanku, dulu kami sering sekelas, tapi jarang bersapa. Setelah ketemu di rumah sepi, ternyata orangnya asik dan suka ngelucu *walaupun enggak lucu*.
Yak, perkenalannya cukup sampai di sini. Apapun yang terjadi di rumah itu, di rumah sepi, biarlah tetap di sana. Kalaupun belum berjodoh, tidak berjodoh, ya sudah. *bye*
Kemudian ada Tiok, teman kuliah seangkatan. Kenal pertama kali ketika ospek, kami satu kelompok, dan sering menginap di kampus demi koneksi Wi-Fi. Karena sibuknya perkuliahan, entah bagaimana, kami pun lama tidak berinteraksi. Namun, tanpa disangka-sangka kami berkumpul kembali di rumah sepi sebagai sahabat senasib. Tidak banyak yang bisa dideskripsikan dari temanku yang satu ini, orangnya sering ngajak ribut, tapi baik hati dan tidak sombong.
Lalu ada Yudis yang seangkatan dengan Adhit dan Mirrah. Dia ini tipikal orang yang paling mudah diajak berkawan. Hidupnya seperti enggak ada beban, enggak punya musuh. Kalau kami main ke rumahnya, seringkali disuguhkan pizza ala rumahan buatan ibunya. Main ke rumah Yudis pokoknya bikin nagih *hehe*.
Dan yang terakhir namanya Kunthi, anak perantauan dari Mojokerto. Orang yang baru pertama kali mendengar namanya pasti akan bertanya-tanya: "Nama kok Kunthi, sih?". Dia ini teman seangkatanku, dulu kami sering sekelas, tapi jarang bersapa. Setelah ketemu di rumah sepi, ternyata orangnya asik dan suka ngelucu *walaupun enggak lucu*.
Yak, perkenalannya cukup sampai di sini. Apapun yang terjadi di rumah itu, di rumah sepi, biarlah tetap di sana. Kalaupun belum berjodoh, tidak berjodoh, ya sudah. *bye*
![]() |
| Aku, Tiok, Mirrah, Yudis, Kunthi, dan Adhit. |
Thankyu n' dont forget to smile!
Denpasar, 31 Januari 2014
Ipunk Vizard

Adhit itu baik kok... percayalah... semua demi kebaikan dirimu dan "BungA"
BalasHapus"Sign With Smile"
RAR